A. Makna Hidayah
Hidayah
secara bahasa berasal dari kata hadaa-yahdii-hidaayatan
yang berarti memberi petunjuk yang benar.
Dalam Tafsir
Almishbah karya (Dr. H. M. Quraish Shihab) dijelaskan bahwa kata hidayah
terambil dari akar kata ha, dal, ya, maknanya berkisar pada 2 hal; 1) tampil ke
depan memberi petunjuk; 2) menyampaikan dengan lemah lembut, dari sinilah lahir
kata hadiah yang merupakan penyampaian sesuatu dengan lemah lembut.
Dalam kitab
Tafsir Al-Munir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan hidayah Allah adalah
petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia agar manusia berjalan di
jalan yang lurus, jalan yang penuh dengan kebenaran bukan jalan orang-orang
yang sesat dan menyesatkan. Allah
berfirman Q.S. Al-Maidah (5) ayat 16 :
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ
وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
”Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
Dalam
ayat yang lain, Allah berfirman Q.S. Al-Fatihah (1) ayat 6 ;
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus!”
B. Macam dan Tingkatan
Hidayah
Para ulama membagi petunjuk agama kepada dua macam
petunjuk :
1. (هداية الارشاد والبيان) hidayah berupa petunjuk dan penjelasan; atau yang
dalam Tafsir al-Mishbah disebut juga dengan petunjuk menuju kebahagiaan duniawi
dan ukhrawi;
Firman Allah swt.
Q.S Asy-Syuura (42) ayat 52 :
وَكَذَلِكَ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ
وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ
عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
52.
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami.
dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
2. (هداية التوفيق والالهام) Hidayah berupa bimbingan/pertolongan
dan ilham. Atau yang dalam tafsir Al-Mishbah disebut dengan hidayah berupa petunjuk
serta kemampuan untuk melaksanakan isi petunjuk. Dan ini tidak dapat dilakukan
kecuali oleh Allah swt.
Q.S. Al-Qashash (28) ayat 56 :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.
Q.S. Fushshilat (41) ayat 71 :
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى
الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
17.
dan Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka
lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, Maka mereka disambar petir
azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.
Thahir ibn Asyur (dalam
tafsir Al-Mishbah karya H.M Quraish Shihab) membagi hidayah kepada empat
tingkatan :
1. (القوى المحركة
والمدركة) yaitu potensi potensi penggerak dan tahu. Melalui potensi ini
seseorang dapat memelihara wujudnya;
2. Petunjuk yang berkaitan
dengan dalil-dalil yang dapat membedakan antara hak dan batil, yang benar dan
salah. Ini adalah hidayah pengetahuan teoritis.
3. Hidayah yang tidak dapat
dijangkau oleh analisis dan aneka argumentasi akliah, atau yang bila diusahakan
akan sangat memberatkan manusia. Hidayah ini dianugerahkan oleh Allah swt
dengan mengutus rasul-rasul-Nya serta menurunkan kitab-kitab-Nya.
4. Yang merupakan puncak
hidayah Allah swt adalah yang mengantar kepada tersingkapnya hakikat-hakikat
yang tertinggi, serta aneka rahasia yang membingungkan para pakar dan
cendekiawan. Ini diperoleh melalui wahyu atau ilham yang shahih atau limpahan
kecerahan (tajalliyaat) yang tercurah dari Allah swt.
C.
Cara Menggapai Hidayah
Setelah
mengetahui hal ini, lantas bagaimana upaya kita untuk mendapatkan hidayah?
Bagaimana caranya membuat orang lain mendapatkan hidayah?
Di
antara sebab-sebab seseorang mendapatkan hidayah adalah:
1. Bertauhid
Seseorang
yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari
kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat
syirik. Allah berfirman Q.S. Al-An’am (6) ayat 82 :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ
لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
82.
orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
2. Taubat kepada Allah
Allah
tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan,
bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak
bertaubat? Allah berfirman Q.S. Ibrahim (14) ayat
4 :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ
لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
4.
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya
ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
3. Belajar Agama
Tanpa
ilmu (agama),
seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda
حدثنا
علي ، ثنا إسماعيل ، ثنا عبد الله بن سعيد بن أبي هند ، عن أبيه ، عن ابن عباس أن
رسول الله صلى الله عليه وسلم قال « من يرد الله
به خيرا يفقه في الدين »
“Jika
Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan
memahamkannya agama”
4. Mengerjakan apa yang diperintahkan
dan menjauhi hal yang dilarang.
Kemaksiatan
adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah berfirman Q.S.
An-Nisa’ (4) ayat 66 – 68 :
وَلَوْ أَنَّا
كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ
دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا
يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا (66) وَإِذًا
لَآَتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا (67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا
مُسْتَقِيمًا (68)
66. dan
Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau
keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya
kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan
pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih
baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka),
67.
dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari
sisi Kami, 68. dan pasti Kami
tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.
5. Membaca Al-qur’an, memahaminya
mentadaburinya dan mengamalkannya.
Allah
berfirman QS. Al-Isra (17) ayat 9 :
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا (9)
9. Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar,
6. Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah
berfirman QS. Ali-Imron (3) ayat 101 :
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ
وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ (101)
101. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, Padahal ayat-ayat
Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu?
Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
7. Mengerjakan sholat.
Di
antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah
orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman QS. Al-Baqoroh (2) ayat 1 – 3 :
الم (1) ذَلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)
1. Alif laam
miin. 2. Kitab[11] (Al
Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka.
8. Berkumpul dengan orang-orang
sholeh
Allah
berfirman QS. Al-An’am (6) ayat 71:
قُلْ أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا
يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي
اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ
إِلَى الْهُدَى ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا
لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (71)
71. Katakanlah:
"Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan
kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang[488], sesudah Allah
memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan
di pesawangan yang menakutkan; dalam Keadaan bingung, Dia mempunyai kawan-kawan
yang memanggilnya kepada jalan yang Lurus (dengan mengatakan): "Marilah
ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan
semesta alam,
Ibnu
katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah permisalan yang Allah berikan
kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan teman yang jelek
yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti hidayah, maka ia
bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang mengikuti kesesatan,
maka ia bersama teman-teman yang jelek. “
Dengan
mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya untuk mengerjakannya dan
mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini, semoga dengan jerih payah
dan usaha kita dalam menjalankannya dan mendakwahkannya menjadi sebab kita
mendapatkan hidayah Allah. Syaikh Abdullah Al-bukhori mengatakan dalam khutbah
jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, niscaya
bertambah hidayah padanya. Seorang hamba akan senantiasa ditambah hidayahnya selama
dia senantiasa menambah ketaqwaannya. Semakin dia bertaqwa, maka semakin
bertambahlah hidayahnya, sebaliknya semakin ia mendapat hidayah/petunjuk, dia
semakin menambah ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa ditambah hidayahnya
selama ia menambah ketaqwaannya.”
Oleh : Ibrahim Ahmad Harun (dari berbagai sumber)
Literatur :
1. Al-Qur’an Al-Karim
(Maktabah Syamilah)
2. H.M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Volume Pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar