Bismillahirrahmanirrahim. ------ Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh ---- Ahlan wa sahlan wa marhaban biqudumikum lana. Selamat datang di blog ini, semoga bisa memperoleh hikmah di dalamnya.----

Selasa, 21 Februari 2012

Keajaiban Sedekah: Mengembalikan Keharmonisan Rumah Tangga

Keajaiban sedekah itu benar-benar luar biasa. Seorang laki-laki menceritakan keajaiban sedekah yang dialaminya, kemarin. Keajaiban sedekah dalam keharmonisan rumah tangga yang membuatnya takjub atas perubahan seketika istrinya.

Kisah itu bermula saat sang suami, sebut saja namanya Abdullah, tidak datang menjemput istrinya. Sang istri, sebut saja namanya Zahra, cemas karena Abdullah tidak membalas sms yang dikirimnya 15 menit yang lalu. Sambil terus berharap Abdullah datang, Zahra berusaha mencari kendaraan umum untuk pulang.

Hari sudah beranjak sore. Abdullah belum kelihatan, sementara kendaraan umum yang dinantikan juga belum datang.
Sementara itu, Abdullah sedang dalam perjalanan keluar kota. Ada transaksi perniagaan yang perlu ia selesaikan. Butuh waktu sekitar satu jam untuk bisa sampai di kota tujuan, waktu yang cukup lama dibandingkan dengan keperluan bisnisnya saat itu yang hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam. Satu jam berikutnya ia sudah tiba kembali di kotanya. Adzan Maghrib membuatnya mengarahkan kemudi ke masjid tempat adzan itu berkumandang.

"Astaghfirullah, 39 misscall," katanya dalam hati begitu memeriksa HP. Sejumlah SMS juga mengantri belum terbaca. Sambil berjalan ke tempat wudhu, perasaan Abdullah mendadak berubah. SMS-SMS itu penuh kecewa dan marah, dari Zahra, istrinya.

"Laki-laki itu sukanya memang menyakiti"
"Aku tidak akan memaafkanmu"
Dan sejumlah kata-kata lainnya mengganggu langkah Abdullah menuju tempat wudhu.

***
Shalat Maghrib selesai. Abdullah melangkah keluar masjid. Dilihatnya seorang bapak tua sibuk mengatur kendaraan yang keluar masuk masjid.

"Ini kembaliannya, Pak," kata pak tua tukang parkir sambil bersiap menyodorkan beberapa lembar uang.
"Tidak usah Pak, itu untuk Bapak saja" jawab Abdullah.

***
Tidak langsung pulang, karena seperti itulah rencananya semula, sejak pagi buta. Selepas Isya' Abdullah perlu menghadiri sebuah pertemuan lagi. Beberapa saat kemudian kendaraannya telah berpindah tempat parkir di depan sebuah warung.

Perjalanan dan aktifitas lain seharian membuat Abdullah cukup lahap menikmati menu yang dipesannya. Ia baru sadar bahwa di depan warung langganannya itu telah berdiri seorang ibu tua meminta sedekah pada pengunjung warung.

"Terima kasih Pak," kata ibu tua menyambut Abdullah.

***
Sekitar lima menit berselang. Kini ibu yang lebih tua lagi. Abdullah merogoh kantongnya dan memberikan selembar uang. Wajah ibu tua itu sumringah melihat pemberian Abdullah yang sekitar sepuluh kali lipat pemberian rata-rata orang.

Belum lama Abdullah duduk kembali dan meneruskan makan, sebuah SMS masuk. "Zahra". Dari istrinya. Abdullah tidak tahu apa lagi yang akan dikatakan oleh istrinya, ia sengaja bersikap tenang menanggapi SMS-SMS sebelumnya, tanpa terpancing untuk ikut marah. Sebab Abdullah merasa ia sudah berusaha mengkomunikasikan dengan baik sejak pagi. Bahwa dirinya tidak berada di kantor, tidak bisa menjemput jika lewat Asar, dan seterusnya.

"Maafkan Zahra ya, jadi malu kalau nanti ketemu abang karena Zahra terlanjur sangat marah" kira-kira begitu bunyi SMS itu. Ternyata Zahra baru membaca SMS yang dikirim suaminya, tentang ke mana ia pergi dan pesan-pesan lainnya. Curigakah Zahra kepada Abdullah? Ceburukan ia? Abdullah tidak tahu pasti. Satu yang pasti SMS-SMS pasangan suami istri telah berganti menjadi SMS-SMS mesra.

***
Sedekah itu ajaib. Seperti yang dialami Abdullah, dan berjuta orang lainnya. Ada banyak keajaiban sedekah, baik yang datang seketika atau tanpa disangka. Dan cukuplah sedekah menjadi amal pilihan saat Rasulullah menyatakan bahwa sedekah adalah amal yang dicintai Allah.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani) []
 
Dikutip dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar