Bismillahirrahmanirrahim. ------ Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh ---- Ahlan wa sahlan wa marhaban biqudumikum lana. Selamat datang di blog ini, semoga bisa memperoleh hikmah di dalamnya.----

Selasa, 27 Desember 2011

Fadhilah/ Keutamaan Ayat al-Kursiy

(Al-Quran Surah al-Baqarah, ayat 255)

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيمُ


Allah (1); tidak ada Tuhan (penguasa Mutlak dan yang berhak disembah) kecuali Dia (2); Yang Maha Hidup (3);  Maha Kekal (4); yang terus menerus mengurus makhluk-Nya (5); Dia (6) tidak dikalahkan oleh kantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya (7) apa yang ada dilangit dan apa yang di bumi, tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya (8); tanpa izin-Nya (9); Dia (Allah) (10); mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya (11); melainkan apa yang dikehendaki-Nya (12); Kursi (ilmu/kekuasaan)-Nya (13); meliputi langit dan bumi. Dia (14); tidak lelah memelihara keduanya, dan Dia (15); Maha Tinggi (16) lagi Maha Besar (17).


Ayat al-Kursiy adalah ayat yang paling agung di antara seluruh ayat-ayat al-Qur’an. Karena dalam ayat ini disebutkan tidak kurang  enam belas kali, bahkan tujuh belas kali, kata yang menunjuk kepada Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa.
            Sifat-sifat Allah yang dikemukakan dalam ayat ini disusun sedemikian rupa sehingga menampik setiap bisikan negatif yang dapat menghasilkan keraguan tentang pemeliharaan dan perlindungan Allah.
            Dalam ayat ini dilukiskan  betapa kekuasaan Allah swt., dan betapa dugaan tentang keterbatasan pemeliharaan dan perlindungan-Nya yang mungkin terlintas dalam benak manusia, dihapus oleh-Nya kata demi kata.
            Dalam buku penulis (M. Quraish Shihab, red), “Hidangan Ilahi: Tafsir ayat-ayat Tahlil”, antara lain dikemukakan bahwa ketika membaca ayat al-Kursiy, sang pembaca menyerahkan jiwa raganya kepada Tuhan seru sekalian alam, dan kepada-Nya pula ia memohon perlindungan. Bisa jadi ketika itu, bisikan iblis terlintas di dalam benak yang membacanya, “Yang dimohonkan pertolongan dan perlindungan itu, dahulu pernah ada, tetapi kini telah mati”, maka penggalan ayat berikut meyakinkan tentang kekeliruan bisikan itu, yakni dengan sifat (الْحَيُّ) al-Hayy (Yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal). Bisa jadi, Iblis datang lagi membawa keraguan dengan berkata, “memang Dia hidup kekal, tetapi Dia tidak pusing dengan urusan manusia, apalagi si pemohon”. Penggalan ayat berikutnya menampik kebohongan ini dengan firman-Nya (الْقَيُّومُ) al-Qayyum, yakni yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan untuk lebih meyakinkan sifat Allah ini, dilanjutkan dengan penggalan berikutnya, (لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ) la ta’khudzuhu sinatyun wa la naum (Dia tidak dapat dikalahkan oleh kantuk dan tidur), tidak seperti manusia yang tidak kuasa menahan kantuk dan tidak dapat mengelak selama-lamanya dari tidur. Allah terus menerus jaga dan siap-siaga.
Dengan penjelasan ini, sirna sudah keraguan yang dibisikkan setan itu. Tetapi bisa jadi ia datang lagi dengan bisikan bahwa, “Tuhan tidak kuasa menjangkau tempat dimana si pemohon berada, atau pun kalau Dia sanggup, jangan sampai Dia diberi sesaji sehingga Dia tidak memberi perlindungan”. Untuk menampik bisikan jahat ini, penggalan ayat berikut  tampil dengan gamblang menyatakan, (لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ) lahu ma fis samawati wa ma fil ardh (milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, keduanya ada di bawah kekuasaan-Nya.) Tidak hanya itu, tetapi berlanjut dengan firman-Nya, (مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ) man dzal ladzi yasyfa’u ‘indahu illa bi idznih (siapakah yang memberi syafaat di sisi-Nya kecuali dengan seizin-Nya?) Tidak ada. Dia demikian perkasa  sehingga berbicara dihadapan-Nya pun harus setelah memperoleh restu-Nya, bahkan apa yang disampaikan harus sesuatu yang benar dan hak. Karena itu , jangan menduga akan ada permintaan yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran.
Bisa jadi iblis belum putus asa menanamkan keraguan ke dalam hati pembaca ayat al-Kursiy. Ia berkata lagi, “Musuh anda mempunyai rencana yang demikian rinci dan penuh rahasia, sehingga tidak diketahui oleh-Nya”. Lanjutan ayat al-Kursiy menampik bisikan ini dengan firman-Nya, (يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ) ya’lamu ma baina aidihim wa ma khalfahum (Dia mengatahui apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka), yakni Allah mengetahui apa yang mereka lakukan dan rencanakan, baik yang berkaitan dengan masa kini dan masa datang, maupun masa lampau, dan (وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء) wa la yuhithuna bisyaiin min ‘ilmihi illa bima sya’ (Mereka tidak mengetahui sedikitpun dari ilmu Tuhan melainkan apa yang dikehendaki Tuhan untuk mereka ketahui. Ini berarti, apa yang direncanakan Allah tidak mungkin mereka ketahui kecuali apa yang diizinkan-Nya untuk mereka ketahui. Penggalan ayat ini akan lebih dipahami maknanya kalau mengingat ungkapan yang mengatakan: “Semakin banyak yang anda ketahui tentang musuh , semakin mudah anda menghadapinya. Sebaliknya, semakin sedikit yang diketahui musuh tentang anda, semakin sulit ia menghadapi anda”. Penggalan ayat ini menggambarkan hakikat tersebut agar si pemohon semakin yakin dan tenang. Untuk lebih meyakinkan lagi dinyatakan-Nya, (وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ) wa si’a kursiyyuhus samawati wal ardh (kekuasaan atau ilmu-Nya mencakup langit dan bumi) bahkan alam raya  seluruhnya berada  dalam genggaman tangan-Nya. Kini, sekali lagi iblis mungkin datang berbisik, “Kalau demikian, terlalu luas kekuasaan Allah dan terlalu banyak jangkauan urusan-Nya, Dia pasti letih dan bosan mengurus semua itu”. Penggalan ayat berikutnya sekaligus penutupnya, menampik bisikan ini dengan firman-Nya, (وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَالْعَلِيُّ الْعَظِيمُ) wa la ya’uduhu hifzhuhuma wa huwal ‘aliyyul ‘azhim (Allah tidak berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Agung).
Demikian ayat al-Kursiy menanamkan ke dalam hati pembacanyakebesaran dan kekuasaan Allah serta pertolongan dan perlindungan-Nya sehingga sangat wajar dan logis penjelasan yang menyatakan, bahwa siapa yang membaca ayat al-Kursiy maka ia memperoleh perlindungan Allah dan tidak akan diganggu oleh setan.
Bahwa jin jahat dan setan menjauh dari pembaca ayat al-Kursiy, juga dapat dijelaskan melalui ilustrasi berikut :
Siapa yang terbiasa dengan kebaikan, pasti tidak senang mendengar kalimat-kalimat yang buruk telinganya tidak akan dapat mendengarkannya. Karena dengan mendengarnya, hatinya gundah dan risau, pikirannya kacau dan tidak menentu. Sebaliknya, siapa yang bejat moralnya, yakni setan, manusia, atau jin, tidak akan senang dan tidak pula tenang mendengarkan kalimat-kalimat Ilahi, apalagi ayat-ayat al-Qur’an. Jika demikian, setan tidak akan mendekat, apalagi mengganggu mereka yang membaca ayat-ayat Ilahi, seperti ayat al-Kursiy. Bahkan dalam suatu hadits melalui Bukhari, Muslim, serta penulis-penulis kitab hadits standarr yang lain, diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila dikumandangkan ajakan untuk shalat (azan), setan berpaling (berlari kencang) sambil kentut agar ia tidak mendengar azan; dan bila  telah selesai, ia datang lagi berbisik ke hati manusia sambil berkata, ‘ingat ini, ingat itu’ (menyangkut hal-hal yang dia tidak ingat sebelumnya), sehingga ia tidak mengetahui sudah berapa rakaat ia shalat”.
Di atas dikemukakan, bahwa dalam ayat al-Kursiy terdapat tujuh belas kali kata yang menunjukkan kepada Allah, satu diantaranya tersirat. Selanjutnya, terdapat lima puluh kata dalam susunan redaksinya. Pengulangan tujuh belas kata yang menunjuk nama Allah itu, bila dicamkan dan dihayati akan memberi kekuatan batin tersendiri bagi pembacanya. Ibrahim ibn Umar al-Biqa’i memberi penafsiran supra rasional menyangkut ayat al-Kursiy. Tulis ulama  itu dalam tafsirnya, “Nazhm ad-Dhurar”, “Lima puluh kata adalah lambang dari lima puluh kali shalat yang pernah diwajibkan Allah keppada Nabi Muhammad saw, ketika beliau berada di tempat yang maha tinggi dan saat dimi’rajkan. Lima puluh kali itu diringankan menjadi lima kali dengan tujuh belas rakaat sehari semalam. Disisi lain, perjalanan menuju Allah ditempuh oleh malaikat dalam lima puluh tahun menurut perhitungan manusia”. (QS. Al-Ma’arij[70]:4) dari sinilah pakar tafsir itu mengaitkan bilangan ayat al-Kursiy dengan perlindungan Allah. “Kalau di hadirat Allah gangguan tidak mungkin akan menyentuh seseorang, dan setan tidak akan mampu mendekat, mahkan akan menjauh, maka menghadirkan Allah dalam benak dan jiwa melalui bacaan ayat al-Kursiy - yang sifatnya seperti diuraikan di atas – dapat menghindarkan manusia dari gangguan setan, serta memberinya perlindungan dari segala macam yang ditakutinya”. Demikian, lebih kurang, al-Biqa’i.

Dikutip dari :
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, Kesan, dan keserasian al-Qur’an), Penerbit Lentera Hati ,Volume I, Cetakan I, Sya’ban 1421/November 2000, hal. 511-514.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar