Bismillahirrahmanirrahim. ------ Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh ---- Ahlan wa sahlan wa marhaban biqudumikum lana. Selamat datang di blog ini, semoga bisa memperoleh hikmah di dalamnya.----

Rabu, 19 November 2014

Kisah Su'ul Khatimah Saat Mengambil Cap Jempol Jenazah Ayah


Laki-laki kaya itu telah dimakamkan. Hartanya yang melimpah sangat cukup untuk seluruh anak dan cucunya. Karenanya sebelum meninggal, ia mengumpulkan anak-anaknya agar hidup rukun, penuh kasih sayang. Ia tak ingin anaknya berebut harta. “Laksanakanlah surat wasiat yang aku tinggalkan nanti,” pesannya kali itu.
Semua orang telah pulang dari pemakaman, termasuk anak-anak lelaki kaya itu. Tak lama setelah tiba di rumah, salah seorang dari mereka minta ijin kepada saudara-saudaranya. “Aku akan ke makam ayah,” tentu saja tidak ada alasan bagi saudara-saudaranya menolak keinginannya. Sangat wajar jika seorang anak pergi ke makam ayahnya. Mungkin ia perlu berziarah mendoakannya, atau ia belum bisa melupakan ayahnya.
Sudah sekian jam berlalu, tapi pria itu belum juga kembali dari makam. Saudara-saudaranya mulai cemas. “Ada apa dengan saudara kita? Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya…” Akhirnya mereka bersepakat menyusulnya ke makam.
Betapa terkejutnya mereka, makam ayah terlihat terbuka. Mereka lebih terkejut lagi ketika menyaksikan di dalam makam itu tergeletak saudara mereka di samping jenazah ayah. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un… apa yang terjadi?”
Seketika, kesedihan yang bertumpuk menyergap jiwa mereka. Belum lama ayah meninggal, kini mereka kehilangan salah seorang saudaranya.
Tetapi ada yang aneh. Ada yang aneh dengan kematian saudara mereka. Ia tampak memegang sebuah surat wasiat yang baru dicap jempol. Sedangkan kain kafan ayah tampak terbuka, tangannya kelihatan. Dan jempolnya menyisakan tinta.
Rupanya saudara mereka berlaku curang. Ia datang ke makam ayahnya untuk memalsukan surat wasiat. Ia membongkar makam itu, membuka kain kafan jenazah ayahnya dan mengeluarkan tangannya untuk membubuhkan cap jempol pada surat wasiat palsu yang disiapkannya. Hanya saja, ia tak pernah tahu bahwa pada saat itu Malaikat Maut telah mengintainya. Ia pun menghembuskan nafas terakhir tepat setelah mendapatkan cap jempol itu.
Kisah yang pernah diceritakan Syaikh Mahmud Al Mishri ini menggambarkan dahsyatnya fitnah harta. Harta dunia menjadi godaan yang sangat besar bagi mayoritas orang, hingga mereka menempuh cara-cara yang tidak dibenarkan untuk memperolehnya. Rasulullah memperingatkan umatnya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتنَةُ أُمَّتِي المَالُ
“Sesungguhnya setiap umat itu ada fitnahnya dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Tirmidzi, menurut beliau hasan shahih)
Harta, ketika seseorang sudah cinta dunia, maka ia seperti air laut. Semakin diminum semakin haus. Semakin banyak harta semakin ia ingin harta lebih banyak lagi. Sudah mendapatkan warisan yang jumlahnya sangat banyak, masih saja merasa kurang dan iri dengan warisan saudaranya.
Maka benarlah doa orang-orang shalih: “Ya Allah… jadikanlah dunia hanya di tanganku, hanya dalam genggamanku, tidak berdiam di hatiku.”
The Zikr pun kemudian melantunkannya dalam nasyid Antara Dua Cinta:
Tuhan… leraikanlah dunia
yang mendiam di dalam hatiku
kerana di situ tidak kumampu
menghimpun dua cinta…
[Muchlisin BK/Kisahikmah.com]
Dikutip dari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar